Saturday, May 23, 2009

Ceritera Si Sopak, Si Botak dan Si Buta

Bismillahirrahmanirrahim

Zuhur mula membuka tirainya. Saat ini, aku sedang melontar pandanganku ke luar tingkap. Pohon nan hijau di backyard ternyata memberi kesegaran optik untuk jadi bekal mujahadahku menelusuri kembara Gastrointestinal and Hepatology Module. Sang mentari pun nyata tak segan silu memancarkan sinarnya ke seluruh alam maya. Tapi kenapa cahayanya tak serembang biasa? Oh, lupa pula, Fatin is not at home today, so nobody blocks the window, hihi.

Nak dengar cerita best tak?

Bukan sekadar ceritera dongeng orang purbakala, tapi memang rentetan koleksi hadis Nabi yang tak lapuk dimakan zaman. Tapi kisah ini memang saling tak tumpah dengan cerita rakyat zaman Hang Tuah yang harum namanya ke seluruh pelusuk negeri. Ala2 kisah 3 orang buta dengan gajah.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak - yakni belang2 kulitnya, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka. Ia mendatangi orang supak lalu berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang supak berkata: "Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orang2 merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotoran2 itu dari tubuhnya dan dikurniai -oleh Allah Ta'ala - warna yang baik dan kulit yang bagus. Malaikat itu berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Orang itu menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan Hadis ini sangsi - apakah
unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata: "Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini."

Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikurnia rambut yang bagus. Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia berkata: "Lembu." Iapun lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: "Semoga Allah memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini."

Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang." Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya. Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia menjawab: "Kambing." Ia pun dikurnia kambing yang bunting - hampir beranak.

See full size image


Yang dua ini - unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini - kambing - juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang - yang supak - mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi - yang botak - mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi - yang buta - mempunyai selembah kambing.

Malaikat itu lalu mendatangi lagi orang - yang asalnya - supak dalam rupa seperti orang supak itu dahulu keadannya - yakni berpakaian serba buruk - dan berkata: "Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengurniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam bepergianku ini - untuk sekadar bekal perjalanannya." Orang supak itu menjawab: "Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya. Malaikat itu berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?" Orang supak dahulu itu menjawab: "Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan mereka pun dari nenek-moyangnya pula." Malaikat berkata pula: "Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu - huraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula.

Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang - yang asalnya -botak, dalam rupa - seperti orang botak dulu - dan keadaannya -yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu pula. Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu semula."

Seterusnya malaikat itu mendatangi orang - yang asalnya - buta dalam rupanya seperti orang buta itu dahulu - serta keadaannya - yang menyedihkan, kemudian ia berkata: "Saya adalah orang miskin dan anak jalan - maksudnya sedang musafir dan kehabisan bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini." Orang buta dahulu itu berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu - karena tidak meluluskan permintaanmu -pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."

Malaikat itu lalu berkata: "Tahanlah hartamu - artinya tidak diambil sedikitpun, sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan memurkai pada dua orang sahabatmu - yakni si supak dan si botak." [Muttafaqunalaih]

Ha, amacam? Bestkan hadis ni? Sudah fitrahnya manusia mudah lupa. Bak kata my dearest roommate, Fatin - penyakit MML (macam vaksin Measles-Mumps-Rubella MMR lah pulak, macam MultiLevel Marketing MLM pun ada juga, tapi yang ini maksudnya Melayu Mudah Lupa). Lupa bahawa semuanya terbit dari kasih dan rahmat Yang Maha Pencipta. Tapi realitinya penyakit mudah lupa ini bukan bersarang dalam diri individu satu2 bangsa sahaja, tapi mana2 manusia yang hatinya kering dan terjauh dari zikrullah pasti akan dengan mudahnya membiarkan syaitan menghiasi futurnya. Melayu atau pun Mexican, sama sahaja. Mulalah merasakan kejayaan dalam pelajaran adalah hasil usaha sendiri yang gigih, tak pun disebabkan oleh diri sendiri yang sememangnya sudah genius. Dan dalam medan dakwah itu sendiri, merasakan kehebatan diri yang pandai bermain kata2 sehingga menyebabkan sang mad'u terbeliak biji mata.

Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a.dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawanafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Wednesday, May 20, 2009

Erti hidup...

Bismillah...

Hari ini aku cuba bernafas dengan lebih tenang. Dan apabila aku menoleh ke belakang, teliti dan jejaki kembali rutin hidupku yang biasa, banyak rupanya yang sudah aku tinggalkan. Emel berlambak dalam mailbox, banyak juga berita2 baru yang keluar di depan dada akhbar. Selesema babi sekarang ni dah meningkat jadi hampir 10 000 kes, walaupun mortality masih lagi belum mencecah 100 orang. Exam memang mengeringkan...merengsakan. 2 papers have been nailed down, yet 2 more exams to go. Bak kata seorang teman dalam YM statusnya - MCQ 120 soalan membelasah aku sampai lebam, hehe. Tapi apa2 hal pun, ingin aku sematkan dalam dada, kunci rapat2 dalam pintu hati, bahawa...

"Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." [Baqarah: 112]

Bila difikir2kan kembali, banyak rupanya benda yang dah berlaku ( masa berlalu, usia bertambah, amal dan ilmu meningkat tak?) Ada benda yang menggeletek hati sampai kita rasa nak pecah perut sebab gelak, tak kurang juga benda2 yang membuatkan kita pening dan resah sampaikan masak nasi pun boleh lupa letak air (pengajaran: jangan masak sambil berangan, FOKUS!) Tapi kalau dianalisa secara terperinci dan mendalam, masyaAllah, roda2 kehidupan ini sangat2lah membuatkan kita tidak rela untuk duduk diam menggigit kuku, tidak semata bertemu dengan teman karib untuk menangis di bahu, tetapi ia mencetus paradigm shift tentang bagaimana kita akan melihat dunia pada hadapan waktu.

Masa...biarlah apa yang telah berlalu, aku mahu melihat yang di hadapan ini terus maju.

Ada satu hari tu, setelah pening+tepu+penuh menghadamkan Benign Colorectal Disease (sungguh clinical), maka aku pun lalu membelek2 Riyadhussalihin (nak jadi orang2 soleh, kenalah explore Taman Orang2 Soleh dulu, ye tak?). Baru nak masuk Bab 3, about himpunan hadis2 Nabi berkaitan kesabaran. Yeah, kesabaran. A topic very wuch dwelled on and discussed, yet very (diulang sebanyak 33x) hard to implement in real life dari zaman Hang Jebat sampailah sekarang, hehe. And tak kurang juga kita selalu sangat jumpa saranan Allah SWT dalam kitabNya yang menyuruh kita untuk SABAR dan SOLAT di kala ujian melanda. However, to cut things short, I was very much attracted to satu hadis ni:

Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena mushibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara tadi adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Hanyasanya bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."

Apa yang Rasulullah maksudkan dengan 'bersabar di kala mendadaknya kedatangan musibah yang pertama?

Jeng...jeng...jeng...


See full size image


Ani (bukan nama sebenar) menerima panggilan telefon dari adiknya yang berada nun jauh dari pandangan mata. "Kakak, arnab kita, Si Ketot baru je mati. Adik lupa nak masukkan sangkar dia ke tempat yang teduh. Dia mati sebab dehydration," ujar adik bernada sendu penuh seribu satu rasa kesal. Ani apatah lagi, meraung sekuat hatinya kerana arnab baka New Zealand itu bukan sahaja mahal, import luar negara dan limited edition, tapi arnab itu jugalah buah hati pengarang jantungnya, tempat Ani meluahkan perasaan (walaupun arnab tu takde pulak bagi respons) dan macam2 lain. Ani menengking si adik sekuat2 hati lantas menghempas telefon, meninggalkan si adik dalam keadaan psychological shock yang tidak terperi kerana tak sangka kerana seekor arnab, kakak kesayangannya seolah2 lupa diri dan dirasuk jembalang.

Tiga hari selepas itu, Ani menelefon si adik, menyatakan rasa kesalnya kerana mengherdik si adik sedemikian rupa. "Maaflah dik, hari tu kakak emo sikit Biasalah, terkejut. Adik maafkan kakak ye?" Si adik hanya mengangguk. Parut luka di hati, siapa yang tahu.

Itulah yang Rasulullah SAW maksudkan dengan pesanannya kepada wanita tersebut. Bukanlah musibah kali pertama itu bermaksud pertama kalinya dalam hidup Ani, dia kematian arnab kesayangannya, maka Ani perlu bersabar untuk yang pertama kali itu sahaja, tidak tertakluk kepada kali kedua, ketiga, ketiga puluh tiga, ketiga ratus tiga puluh tiga etc...

Tapi Rasulullah SAW mengingatkan, dalam apa jua keadaan pun, biar apa rupa musibah pun, yang mungkin melanda kita, kesabaran yang terpuji itu adalah bilamana kita mengamalkan kesabaran itu PADA DETIK KITA MULA2 DICUBA DENGAN UJIAN TERSEBUT.

Dan sudah pasti nilai kesabaran itu sudah menjadi kurang bererti setelah beberapa lama ibarat Ani yang sudah mula cool down selepas 3 hari shock menerima kematian arnabnya.

Marilah kita cuba amalkan senyuman di saat kesusahan bertimpa2. Nukilan senyuman yang mungkin plastik, tapi cukup untuk membuatkan kita terketuk kembali untuk dengan rasionalnya menyatakan kepada diri sendiri bahawa "Still, it is not the end of the world =)."

Upcoming events...